Rabu, 10 Desember 2008
di
23.47
|
0
komentar
Sebuah tulisan dari aku… sebuah cerpen yang gag ada hubungannya ma aQ. Tapi gag papa dech… ne aq bwat dengan setulus hati waktu aku duduk dibangku SMP. Baca yang bener iiah… Muuph k-lo jeleg. Coz aq bkn sastrawan. Hehehe…
Aku merasa hidupku sudah tidak berarti lagi. Aku sama sekali tidak menyangka dengan apa yang aku alami saat ini. Kehilangan satu fungsi organ tubuh yang sangat penting bagi diriku. Pita suaraku rusak, setelah aku mengalami kecelakaan beberapa waktu yang lalu. “Bisu” adalah kata yang paling tepat untukku. Usiaku baru menginjak 20 tahun. Masih terlalu muda untukku menanggung beban seberat ini. Ayah dan Bunda meninggal ditempat kejadian. Hanya aku dan Kakakku yang selamat dari tragedi itu. Sungguh, masih tertulis jelas dikepalaku saat-saat itu. Bagaikan terukir dibatu yang tak akan pernah terkikis oleh derasnya hujan.
Awalnya aku sangat shock melihat Ayah dan Bundaku terbaring lemah tak bernyawa. Ayah dan Bundaku telah pergi meninggalkan aku dan Kakakku Rina. Saat kuingin berteriak, aku baru menyadari, bahwa aku tidak bisa mengucapkan kata-kata dari mulutku sendiri, aku bisu. Aku sempat pinsan dan terbaring lemah di tempat tidur. Aku hampir tidak bisa menerima kenyataan ini. Kakakku mengalami luka parah dibagian kening. Kakak mengalami gagar otak ringan pada kepalanya. Tiada lagi harapan buatku tegar mejalani hidup. Hanya Kakak yang bisa memberiku semangat untuk tetap mampu menyambut hari esok.
“Kuliah” kata yang paling aku tunggu-tunggu setelah aku lulus SMA, kini sudah tidak berarti lagi untukku. Padahal, aku ingin sekali masuk disalah satu perguruan tinggi di Surabaya. Dimana kakakku juga study ditempat itu.
Segala persiapan sudah aku penuhi. Bahkan, mataku sempat menerawang jauh dan membawaku kedalam ilusi yang menyesatkanku keangan-angan yang tak kunjung terhenti hanya karna terhalang sebuah jaring yang lubang. Aku sadar akan keadaanku saat ini. Percuma aku kuliah, toh, hanya bisa membuat orang susah. Dan makin membuatku merasa terbebani.
…
…
Aku mulai menuju suatu sudut, yang dimana tertata seperangkat alat canggih, komputer milik Kakakku. Aku mulai menyalakannya, dan membuka program yahoo masanger. Aku mulai terjebak dalam dunia yang penuh kebohongan-kebohongan dunia, Dunia Maya. Hanya itu cara satu-satunya untuk aku bisa bergaul dengan orang lain.
Devid, teman chatingku. Aku merasa hanya Devid yang bisa mengerti semua isi pembicaraanku. Dia adalah teman curhatku, teman disaat aku merasa senang maupun sedih. Devid mengingatkanku pada sosok seorang laki-laki yang telah lama tak kunjung kujumpai. Dia teman SMA ku. Tapi, mana mungkin itu dia. Pasti hanya sebatas perasaanku saja.
Devid sering menebak-nebak apa kesukaanku. Tapi anehnya, tebakannya selalu benar. Contohnya, dia menebak kalau aku suka sekali mawar putih. Alasannya, mawar putih menggambarkan sosok wanita yang lembut, dan suka cowok yang berpenampilan rapi. Tapi, satu lagi yang lain dengan diri Devid. Dia nggak pernah memintaku ngobrol lewat telfon. Tidak seperti teman chatku yang lain. Disetiap pertengahan chat, mereka selalu meminta no telfon, dan ngobrol lewat telfon. Itu sangat tidak mengkin kulakukan. Aku adalah seorang wanita usia 20 th yang tuna wicara.
reyn4lover: hallo Dev…....!!! Aku memulai chat ku dengan Devid.
d3vid_21: hii... apa kabar? Dia mulai menjawab pesanku.
reyn4lover: baek…km lg dimn…??
d3vid_21: aq dirmh aj...
reyn4lover: ama siapa,…??
d3vid_21: sendiri aja kok, gi males nih……
reyn4lover: kenapa???
d3vid_21: td d kul dosennya nyebelin bgt…
Kami makin asik dengan topik yang tidak karu-karuan. Entah, arahnya kemana pembicaraan kami berdua. Tiba-tiba, ada Id lain yang ngajakin aku chating. Setelah pertengahan chat, dia meminta no telfon ku dan memaksa buat ngajak ngobrol. Saat itu juga, sebutir air mata jatuh dari kelopak mata kiriku. Aku hampir lupa dengan keadaanku saat ini. Saat aku chating dengan Devid. Aku mulai sadar, seharusnya aku tidak pantas chating dengan Devid. Selama ini dia tidak menyangka bahwa aku adalah sosok wanita usia 20 tahun yang tuna wicara. Aku tidak mau menipu seseorang yang selama ini setia mendengarkan semua curhat-curhatku. Aku nggak mau Devid menjadi kecewa. Saat itu juga, aku memutuskan pembicaraanku lewat ”Dunia Maya” dengan Devid. Dan memutuskan untuk tidak on-line dengan siapapun.
Air mataku semakin deras, dan sama sekali tidak bisa kutahan lagi. Aku masih nggak ngerti, kenapa Devid berbeda dengan teman chatku yang lain. Tidak pernah meminta ngobrol lewat telfon denganku. Sering kali ia ngirim e-mail ke aku. Isinya Cuma ngajak aku chating. Tapi tetap saja aku tidak menghiraukannya.
…
…
Suatu hari, disaat yang tidak aku sangka-sangka, ada seorang cowok datang kerumahku. David, teman SMA ku dulu. Kami sudah lama tidak bertemu, semenjak kami berdua lulus dari SMA. David melanjutkan studynya di Bandung. Aku hampir saja lupa dengan wajahnya. David duduk dibangku paling belakang sebelah kiri. Dia tergolong anak yang cerdas. Tapi,bukan berarti dia anak yang cupu. Dia anaknya keren dan cool banget. Nggak sedikit cewek yang nempel sama dia. Tapi, belum pernah aku lihat David menggandeng seorang cewekpun. Mungkin, dia lagi konsen dipelajaran. Atau, dia takut ketauan orang tuanya? David teman sekelasku. Orangnya pendiam, dia selalu mendapat peringkat diatasku. Aku sering jengkel sama dia. Karena David, aku tidak mendapatkan hadiah dari Ayah. Karena peringkatku kalah ama David.
Apa kabar Ren…..?? David menanyakan kabarku terlebih dahulu. Aku hanya terdiam sambil tersenyum. Aku membukakan pintu lebar, pertanda mempersilahkan masuk David kedalam rumahku. Aku mengambil sebuah buku kecil dan sebuah pena diatas meja disudut ruang tamuku. Hanya dengan media kertas dan pena, aku bisa menjawab dan berkomunikasi dengan David. David bercerita tentang kehidupannya semasa diBandung. David terlihat bersemangat menceritakan kehidupannya. Sungguh jauh berbeda denganku, aku harus menanggung beban berat dipundakku disaat usiaku yang baru menginjak 20 tahun. Beberapa hari yang lalu, David bertemu dengan Kakakku di Mall. Mereka bercerita banyak, terutama mengenai diriku. Maka dari itu, David sama sekali tidak terkejut ataupun heran dengan keadaanku yang sekarang.
Tiba-tiba, David bertanya mengapa aku nggak pernah on-line beberapa hari ini. Aku terkejut dan heran, apa dia tau kalau aku sering on-line waktu lalu. Aku semakin heran dengan David. Aku baru tau, bahwa yang selama ini menjadi teman curhatku adalah David, yang mengubah Id nya menjadi d3vid_21@yahoo.com David mengaku, tanpa sepengetahanku dia sering bertemu dengan Kakakku. Dari Kakakkulah David tau banyak tentang aku. Salah satunya Id ku. David mengajakku pergi ke mall besok. Aku nggak bisa menolak permintaannya. Secara, memang kita tidak pernah bertemu selama lulus dari SMA.
Kami menikmati sekali perjalanan hari ini. Seakan-akan tidak ada beban sedikitpun dihatiku. Kmi menuju rumah makan siap saji yang suasananya romantis sekali. Tiba-tiba, David menyatakan perasaannya kepadaku, bahwa selama di SMA, dia sudah memendam perasaannya kepadaku. Tapi, dia sama sekali tidak berani mengungkapkan isi hatinya. Sampai waktu memisahkan kami.
Hari ini, cuaca berubah. Awan hitam hampir menutup penuh sosok matahari. Mendung, seperti suasana hatiku saat ini. David menyatakan cintanya kepadaku. Tapi mana mungkin?. Aku seorang wanita usia 20 tahun yang tuna wicara. Sungguh tidak pantas bagiku berada disampingnya. David orang yang baik. Menempati posisi dihatiku. Posisi yang paling dalam. Oleh karena itu, itu tak akan mungkin terjadi. Aku tidak akan pernah membiarkan orang lain kecewa.
Sesekali David meyakinkan ku. bahwa keadaan yang aku alami saat ini bukanlah suatu penghalang bagi perasasan cinta yang sudah terlanjur tumbuh. Tetapi aku tidak pernah bisa melakukannya.
Biarlah aku tetap menyimpan perasaanku sampai akhir hayatku. Dan biarlah aku bergaul lewat “Dunia Maya” yang penuh dengan kebohongan-kebohongan dunia. Tapi, jangan pernah kau tanya suaraku, karna tak akan pernah bisa aku penuhi.
.
.
(tunggu kelanjutan cerpen nie iiah…)
Aku merasa hidupku sudah tidak berarti lagi. Aku sama sekali tidak menyangka dengan apa yang aku alami saat ini. Kehilangan satu fungsi organ tubuh yang sangat penting bagi diriku. Pita suaraku rusak, setelah aku mengalami kecelakaan beberapa waktu yang lalu. “Bisu” adalah kata yang paling tepat untukku. Usiaku baru menginjak 20 tahun. Masih terlalu muda untukku menanggung beban seberat ini. Ayah dan Bunda meninggal ditempat kejadian. Hanya aku dan Kakakku yang selamat dari tragedi itu. Sungguh, masih tertulis jelas dikepalaku saat-saat itu. Bagaikan terukir dibatu yang tak akan pernah terkikis oleh derasnya hujan.
Awalnya aku sangat shock melihat Ayah dan Bundaku terbaring lemah tak bernyawa. Ayah dan Bundaku telah pergi meninggalkan aku dan Kakakku Rina. Saat kuingin berteriak, aku baru menyadari, bahwa aku tidak bisa mengucapkan kata-kata dari mulutku sendiri, aku bisu. Aku sempat pinsan dan terbaring lemah di tempat tidur. Aku hampir tidak bisa menerima kenyataan ini. Kakakku mengalami luka parah dibagian kening. Kakak mengalami gagar otak ringan pada kepalanya. Tiada lagi harapan buatku tegar mejalani hidup. Hanya Kakak yang bisa memberiku semangat untuk tetap mampu menyambut hari esok.
“Kuliah” kata yang paling aku tunggu-tunggu setelah aku lulus SMA, kini sudah tidak berarti lagi untukku. Padahal, aku ingin sekali masuk disalah satu perguruan tinggi di Surabaya. Dimana kakakku juga study ditempat itu.
Segala persiapan sudah aku penuhi. Bahkan, mataku sempat menerawang jauh dan membawaku kedalam ilusi yang menyesatkanku keangan-angan yang tak kunjung terhenti hanya karna terhalang sebuah jaring yang lubang. Aku sadar akan keadaanku saat ini. Percuma aku kuliah, toh, hanya bisa membuat orang susah. Dan makin membuatku merasa terbebani.
…
…
Aku mulai menuju suatu sudut, yang dimana tertata seperangkat alat canggih, komputer milik Kakakku. Aku mulai menyalakannya, dan membuka program yahoo masanger. Aku mulai terjebak dalam dunia yang penuh kebohongan-kebohongan dunia, Dunia Maya. Hanya itu cara satu-satunya untuk aku bisa bergaul dengan orang lain.
Devid, teman chatingku. Aku merasa hanya Devid yang bisa mengerti semua isi pembicaraanku. Dia adalah teman curhatku, teman disaat aku merasa senang maupun sedih. Devid mengingatkanku pada sosok seorang laki-laki yang telah lama tak kunjung kujumpai. Dia teman SMA ku. Tapi, mana mungkin itu dia. Pasti hanya sebatas perasaanku saja.
Devid sering menebak-nebak apa kesukaanku. Tapi anehnya, tebakannya selalu benar. Contohnya, dia menebak kalau aku suka sekali mawar putih. Alasannya, mawar putih menggambarkan sosok wanita yang lembut, dan suka cowok yang berpenampilan rapi. Tapi, satu lagi yang lain dengan diri Devid. Dia nggak pernah memintaku ngobrol lewat telfon. Tidak seperti teman chatku yang lain. Disetiap pertengahan chat, mereka selalu meminta no telfon, dan ngobrol lewat telfon. Itu sangat tidak mengkin kulakukan. Aku adalah seorang wanita usia 20 th yang tuna wicara.
reyn4lover: hallo Dev…....!!! Aku memulai chat ku dengan Devid.
d3vid_21: hii... apa kabar? Dia mulai menjawab pesanku.
reyn4lover: baek…km lg dimn…??
d3vid_21: aq dirmh aj...
reyn4lover: ama siapa,…??
d3vid_21: sendiri aja kok, gi males nih……
reyn4lover: kenapa???
d3vid_21: td d kul dosennya nyebelin bgt…
Kami makin asik dengan topik yang tidak karu-karuan. Entah, arahnya kemana pembicaraan kami berdua. Tiba-tiba, ada Id lain yang ngajakin aku chating. Setelah pertengahan chat, dia meminta no telfon ku dan memaksa buat ngajak ngobrol. Saat itu juga, sebutir air mata jatuh dari kelopak mata kiriku. Aku hampir lupa dengan keadaanku saat ini. Saat aku chating dengan Devid. Aku mulai sadar, seharusnya aku tidak pantas chating dengan Devid. Selama ini dia tidak menyangka bahwa aku adalah sosok wanita usia 20 tahun yang tuna wicara. Aku tidak mau menipu seseorang yang selama ini setia mendengarkan semua curhat-curhatku. Aku nggak mau Devid menjadi kecewa. Saat itu juga, aku memutuskan pembicaraanku lewat ”Dunia Maya” dengan Devid. Dan memutuskan untuk tidak on-line dengan siapapun.
Air mataku semakin deras, dan sama sekali tidak bisa kutahan lagi. Aku masih nggak ngerti, kenapa Devid berbeda dengan teman chatku yang lain. Tidak pernah meminta ngobrol lewat telfon denganku. Sering kali ia ngirim e-mail ke aku. Isinya Cuma ngajak aku chating. Tapi tetap saja aku tidak menghiraukannya.
…
…
Suatu hari, disaat yang tidak aku sangka-sangka, ada seorang cowok datang kerumahku. David, teman SMA ku dulu. Kami sudah lama tidak bertemu, semenjak kami berdua lulus dari SMA. David melanjutkan studynya di Bandung. Aku hampir saja lupa dengan wajahnya. David duduk dibangku paling belakang sebelah kiri. Dia tergolong anak yang cerdas. Tapi,bukan berarti dia anak yang cupu. Dia anaknya keren dan cool banget. Nggak sedikit cewek yang nempel sama dia. Tapi, belum pernah aku lihat David menggandeng seorang cewekpun. Mungkin, dia lagi konsen dipelajaran. Atau, dia takut ketauan orang tuanya? David teman sekelasku. Orangnya pendiam, dia selalu mendapat peringkat diatasku. Aku sering jengkel sama dia. Karena David, aku tidak mendapatkan hadiah dari Ayah. Karena peringkatku kalah ama David.
Apa kabar Ren…..?? David menanyakan kabarku terlebih dahulu. Aku hanya terdiam sambil tersenyum. Aku membukakan pintu lebar, pertanda mempersilahkan masuk David kedalam rumahku. Aku mengambil sebuah buku kecil dan sebuah pena diatas meja disudut ruang tamuku. Hanya dengan media kertas dan pena, aku bisa menjawab dan berkomunikasi dengan David. David bercerita tentang kehidupannya semasa diBandung. David terlihat bersemangat menceritakan kehidupannya. Sungguh jauh berbeda denganku, aku harus menanggung beban berat dipundakku disaat usiaku yang baru menginjak 20 tahun. Beberapa hari yang lalu, David bertemu dengan Kakakku di Mall. Mereka bercerita banyak, terutama mengenai diriku. Maka dari itu, David sama sekali tidak terkejut ataupun heran dengan keadaanku yang sekarang.
Tiba-tiba, David bertanya mengapa aku nggak pernah on-line beberapa hari ini. Aku terkejut dan heran, apa dia tau kalau aku sering on-line waktu lalu. Aku semakin heran dengan David. Aku baru tau, bahwa yang selama ini menjadi teman curhatku adalah David, yang mengubah Id nya menjadi d3vid_21@yahoo.com David mengaku, tanpa sepengetahanku dia sering bertemu dengan Kakakku. Dari Kakakkulah David tau banyak tentang aku. Salah satunya Id ku. David mengajakku pergi ke mall besok. Aku nggak bisa menolak permintaannya. Secara, memang kita tidak pernah bertemu selama lulus dari SMA.
Kami menikmati sekali perjalanan hari ini. Seakan-akan tidak ada beban sedikitpun dihatiku. Kmi menuju rumah makan siap saji yang suasananya romantis sekali. Tiba-tiba, David menyatakan perasaannya kepadaku, bahwa selama di SMA, dia sudah memendam perasaannya kepadaku. Tapi, dia sama sekali tidak berani mengungkapkan isi hatinya. Sampai waktu memisahkan kami.
Hari ini, cuaca berubah. Awan hitam hampir menutup penuh sosok matahari. Mendung, seperti suasana hatiku saat ini. David menyatakan cintanya kepadaku. Tapi mana mungkin?. Aku seorang wanita usia 20 tahun yang tuna wicara. Sungguh tidak pantas bagiku berada disampingnya. David orang yang baik. Menempati posisi dihatiku. Posisi yang paling dalam. Oleh karena itu, itu tak akan mungkin terjadi. Aku tidak akan pernah membiarkan orang lain kecewa.
Sesekali David meyakinkan ku. bahwa keadaan yang aku alami saat ini bukanlah suatu penghalang bagi perasasan cinta yang sudah terlanjur tumbuh. Tetapi aku tidak pernah bisa melakukannya.
Biarlah aku tetap menyimpan perasaanku sampai akhir hayatku. Dan biarlah aku bergaul lewat “Dunia Maya” yang penuh dengan kebohongan-kebohongan dunia. Tapi, jangan pernah kau tanya suaraku, karna tak akan pernah bisa aku penuhi.
.
.
(tunggu kelanjutan cerpen nie iiah…)
Diposting oleh
veld ordinary people
Label:
short story colection...




