Rabu, 01 April 2009 di 00.07 |  
Satu lagi... cerpen karya Veld!!! Baca eah... K-Lo gak paham, tanyain langsung ke aQ yak!!! fs: iam_veld@idol.com / fb & e-mail: veldalover@yahoo.com



Aku merasa nyaman berada diantara kawan-kawan baru disekitarku. Sama seperti yang lain, bargurau diantara bunga-bunga yang masih basah karena guyuran hujan pagi-pagi. Sengaja aku datang lebih awal, karena ini hari pertama masuk kuliah. Bercengkerama satu sama lain, yang setiap kepala mempunyai topik unggulan masing-masing dan menurut mereka layak untuk diperbincangkan. Mereka yang berada disamping maupun dihadapanku adalah kawan yang memang harus saling bersosialisasi karena kita dituntut berada dalam lingkup kampus perkuliahan. Dan aku tidak boleh lepas dari mereka. Mereka adalah teman baruku. Tidak salah kalau hanya sekedar ngobrol untuk saling mengenal dan mendekatkan diri. Dan butuh waktu untuk saling beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan maupun teman baru.


Setelah puas ngobrol dengan temen-teman baru, aku berdiri dan melangkah menyusuri koridor kelas. Mataku tetap fokus dan menjelajah lingkungan kampus. Kusadari kakiku tetap berjalan menyusuri koridor kelas. Dan tibalah aku di taman belakang kuliah yang terlihat masih lenggang dan sepi. Selintas aku melihat seorang gadis duduk ditaman belakang kuliah itu. Tanpa pikir panjang aku menghampirinya. Ini sedikit menarik perhatianku. Seorang gadis duduk menyendiri ditaman.
“maaf.. boleh aku duduk disini?” sedikit ragu aku bertanya pada gadis ini.
“boleh silahkan...” jawaban singkat dengan senyum yang simpul. Lalu diteruskannya kegiatan membaca buku literatur sastra indonesia yang dia bawa.
“kalau boleh tanya, kenapa duduk disini sendirian?” tanyaku lagi dengan kata-kata yang benar-benar aku tata.
“kurasa boleh jika hanya mencari ketenangan batin di tempat yang sunyi.”


Jawaban yang membuat aku terdiam memikirkan apa yang sudah dia katakan baru saja. Entah apa yang dia maksud. Aku tidak begitu faham dengan bahasanya yang diimbangi tutur kata nan lembut pula. Wajah gadis ini begitu cantik meskipun terlihat sedikit murung. Terlihat jelas raut wajah yang seakan tak berdosa. Begitu lembut, dan innocent. Betapa aku mengagumi raut wajahnya selaku kaum adam.
“Ketenangan batin? Apa kamu tidak mendapatkannya ditempat lain?” sungguh penasaranku dibuatnya.
Belum sempatku mendapatkan jawaban dari bibir mungil seorang gadis berparas cantik ini.
“Maaf, aku harus kembali ke kelas. Aku ada jam kuliah.” Lalu ia berdiri dan melangkah menjauhiku. Sepertinya kearah kelas sastra indonesia.
Dengan langkah yang berat, akupun berjalan menuju kelas. Sembari melihat langkah gadis yang belum aku kenal. Dan setelah aku terpaku dibuatnya. Bodohnya aku belum mengenal namanya. Apalagi alamat rumah dia. Sial..!!

***

Hari kedua masuk kuliah, lagi-lagi aku mencoba berangkat pagi. Tebaran senyuman menyapaku. Jelas dari teman-teman baru dikampus. Tapi pagi ini bukan itu yangku cari. Aku langsung menuju taman belakang kampus. Berharap menemukan gadis yang membuat aku semalaman tidak tenang tidur. Kududuki bangku yang terbuat dari semen itu. Sama seperti yang kulakukan kemarin pagi.


Hari ini dia datang pagi dan sudah duduk manis ditempat ini pikirku. Tapi sudah lewat satu jam aku duduk hanya ingin menanyakan kembali jawaban yang sempat tertunda. Hingga jam kuliah sudah dekat, tak juga kuberada dihadapan dia. Lagi-lagi semangat kuliahku redup. Sungguh tak bergairah. Tapi sudahlah... masih ada hari esok. No problem.


Tapi aku nggak berhenti sampai disini. Setelah mata kuliah selesai, dan dosen pergi meninggalkan ruang kelas. Tanpa pikir panjang aku langsung keluar kelas. Karena memang sedari tadi pikirku tak tenang. Kususuri koridor-koridor kampus. Tak kulihat batang hidung gadis itu. Sempat pula tanyakan pada teman yang kurasa pernah mengenalnya. Dan ternyata hari ini dia memang benar tidak masuk kuliah.


Entah.. rasanya ada yang membuat aku tertarik untuk bercakap tuk yang kedua kali dengannya. Mungkin ada sesuatu yang ganjal saat aku sempat melihat sorot matanya. Oh Tuhan... segitunya kah aku?? Tak pernah sekalipun aku mengalami hal ini. Rasa simpatik yang berlebih pada orang yang tak kukenal sama-sekali. Bahkan sepertinya dia sendiri tak menginginkan aku memperhatikannya. Aku sekedar cowok jurusan psikologi biasa yang mungkin dibandingkan dengan cowok jurusan komunikasi tak sebanding.

***

Hari ke-3 masuk kuliah. Rasa tertarik dan penasaran itu masih ada, meskipun tak sebesar kemarin. Tapi hari ini tempat pertama yang harus kutuju adalah taman belakang kampus. Begitu yakin derap langkahku seolah tak berhenti. Dan kuhampiri tempat duduk taman itu. Lagi-lagi tak kutemui gadis berparas ayu yang kujumpai kemarin lusa. Aku malihat ada sepucuk kertas yang tergeletak di bawah kursi. Perlahan kuambil dan mulai kubaca sobekan kertas yang telah terpenuhi goresan tangan.

Hidupku tak berarti lagi
Begitu cepatnya kah..??
Aggrh............!!
Akan terus coba kufahami
Semua cerita hidup
Meskipun kini telah redup!!

Gemetar tanganku kian menjadi. Apa yang telah terjadi pada gadis ini sebenarnya. Pikiranku menjelajah. Meskipun tak ada satu hurufpun yang menandakan tulisan ini milik gadis itu, tapi keyakinanku teramat kuat. Untuk soal isi, mungkin aku terlalu menyikapi hal ini terlalu berlebih. Tidak menutup kemungkinan kertas ini adalah tugas dari dosen yang diberikan padanya. Karena memang dia anak jurusan Sastra Indonesia. Semakin aku bingung dibuatnya. Gadis yang misterius.
Di Kantin, aku menemukannya. Dia duduk dibangku kantin sendirian, dan ditemani secangkir teh dimeja. Aku menghampirinya, sekalipun aku ragu.
“Maaf, boleh aku duduk disini?” Sambil memegang kursi yang tepat didepan gadis ini.
“Boleh!” Lagi-lagi dengan senyum yang begitu simpul.
“Mario!” Setelah menjulurkan tangan kananku pada gadis itu.
“Kira!” Menjabat tanganku.
Seteguk kuminum jus jeruk yang telah kupesan. Sumpah, duduk dihadapan gadis berparas cantik sungguh membuatku kikuk. Ditambah lagi dia sedikit tampak tidak ramah. Lalu aku mengeluarkan sobekan kertas yang sempat kutemukan di Taman belakang dari saku celanaku. Kuletakkan dimeja, dan kugeser mendekat kearah gadis itu.
“Kurasa ini milikmu. Pilihan katanya begitu tepat. Bagus.!!” Kataku dengan sangat lembut.
Diliriknya sobekan kertas itu. Dan sontak melihat kearahku dengan sedikit terkejut.
“Kau dapat darimana kertas ini?”
“di Taman halaman belakang.”
“Bagaimana Kau tau ini milikku?” Terkesan sangat penasaran.
Ini pertama kalinya aku bercakap agak banyak dengannya. Karna sebelumnya, aku terlihat seperti orang bego dihadapan gadis ini. Tapi kali ini aku benar-benar speachless. Aku tak bisa menjawab pertanyaannya.
“Lupakanlah... tidak begitu penting.” Jawabku. Kurasa alasan yang tepat.
“Tampak aneh.” Dia tersenyum, meskipun senyumnya sinis.

***


Keesokan harinya aku temui dia berjalan menuju kelas. Kuhampiri dia dan kuimbangi jalannya yang begitu anggun meskipun lambat untuk ukuran orang sepertiku.
“Hiii... Kira... How are you??” Sapaku begitu ceria.
“I’m fine... thank’s....??” Masih tampak murung.
Kami tetap barjalan beriringan.
“Kalau boleh tau, kenapa kamu tampak murung dan tidak bergairah. Apa ada masalah??”
Rasanya tak tahan aku menanyakan hal ini padanya. Sebab, sikap dia beberapa hari ini membuatku begitu risih. Kuharap dia bisa bersikap lebih manis lagi. Setelah aku bertanya, langkahnya sempat terhenti. Dan merunduk sejenak. Lalu dia lanjutkan lagi langkahnya menuju kelas.
“Kurasa sikap aku tidak begitu mengganggumu. Aku masih bersikap sewajarnya kan??” Jawabnya.
“Ooopss... I’m so sorry....!!” kusesali pertanyaanku.
Pada akhirnya dia memeasuki kelasnya. Setelah dia mengatakan.
“Suatu saat kamu akan tau. Tapi bukan sekarang.” Katanya.
Kalimat dia dapat kutarik sebuah conclusion. Bahwa, next time dia bakal ngasih penjelasan ke aku. Mungkin karena rasa penasaran aku begitu besar. Dan mungkin juga dia begitu risih dengan sikapku. Aku memutuskan beberapa hari ini tak akan kuganggu dia. Agar tidak mengganggu ketenangannya.

***

Hari ini cuaca mendung. Justru mendung itu mengantarkanku menuju taman belakang lagi. Dan berharap ada Kira disana. Sudah beberapa hari aku tak jumpa dengannya. Benar yang kuduga, Kira duduk di tempat yang sama. Lalu aku menghampirinya dan duduk disampingnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Angin begitu semilir.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kehilangan orang yang telah menjadi belahan jiwamu. Dan dia takkan pernah kembali padamu.?” Tak kuduga dia mengajukan pertanyaan kepadaku. Padahal aku belum menyapanya.
“Aku tidak dapat menjawab pertanyaanmu. Karna tak dapat diisyaratkan dalam bentuk kata-kata rasa sakit ditinggalkan. Jika memang dia adalah belahan jiwa kita.” Jawaban yang kebanyakan orang bisa jawab.
“Apa salah jika kumenyusulnya?”
“Apa kamu tau dia berada dimana?” Tanyaku.
“Kujemput dia di Surga. Karna di dunia takkan membuatku bersemangat hidup tanpanya.”
“Siapa gerangan dia? Mana mungkin dapat kau menyusulnya?” Penasaran nian hatiku. Dan buat aku tercengang.
“Kekasih yang telah meninggalkanku untuk selamanya.”
“Jadi itu yang selama ini buatmu murung?”
“Dan selalu membuatku ingin cepat menyusulnya.”


# END #
Diposting oleh veld ordinary people Label:

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates